Logika Beramal

Menjadi pekerja lapangan ternyata asyik juga lho. Kita bisa kesana kemari dengan fasilitas dari kantor. Hitung-hitung plesir dengan biaya kantor plus dapat gaji lagi, gimana tidak senang, coba?. Terus terang dari pengalaman ini saya jadi tahu karakter masing-masing daerah, karakter berbagai macam mahluk yang bernama manusia ini dan memang Tuhan menciptakan mahluknya tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya.. Subhanalloh… tapi dari karakter manusia yang beraneka ragam tersebut ternyata kebanyakan dari mereka memiliki pandangan yang hampir sama dalam memaknai arti dari sebuah kesuksesan.

Orang dikatakan sukses secara garis besar bila orang itu telah memiliki harta yang berlimpah atau dengan kata lain sukses = kaya. Meski seorang mahasiswa yang telah lulus dan menjadi seorang sarjana juga bisa dikatakan sukses, seorang santri yang sekian tahun belajar dan akhirnya bisa hafal al-Qur’an juga bisa dikatakan bahwa ia telah sukses. Tetapi kesuksesan itu terasa hambar, terasa masih ada yang kurang bila tidak disertai dengan kondisi ekonomi yang baik, sudah tidak bisa kita pungkiri ini. Dan saya rasa semua orang juga ingin kaya terkecuali orang-orang tertentu saja.

Berbicara tentang kaya maka hal ini berhubungan dengan rezeki. Dan dari analisa saya terhadap orang-orang yang kaya di berbagai daerah dan kota, saya mempunyai logika sendiri mengenai rezki ini. Tentunya kita sepakat bahwa rezeki adalah semata-mata datang dari Alloh swt sesuai dengan kadarnya masing-masing. Dan berawal dari keyakinan seperti inilah logika ini berawal.

Anda pernah dengar dengan istilah Multi Level Marketing (MLM), sebuah system dagang dengan menjual produk tertentu tetapi hanya kepada para anggotanya saja. Dan dalam keanggotaan ini dikenallah istilah upline (perekrut/senior) dan downline (yang direkrut/junior). Setiap upline akan mendapatkan sekian persen dari apa yang didapat oleh downline (yang direkrut) begitu seterusnya secara bercabang ke bawah (downline), jadi wajar jika pendapatan upline selalu lebih besar daripada pendapatan downline-nya.

Sekarang coba hal itu kita analogikan dengan bersedekah. Sang pemberi sedekah kita analogikan sebagai upline dan si penerima sedekah kita analogikan sebagai downline. Semakin banyak kita memberi sedekah tentu semakin banyak pula rezeki yang kita terima dari Alloh swt. Logikanya begini, Alloh, Dzat Yang Maha Mengetahui itu akan melewatkan rezeki orang yang secara rutin kita sedekahi tersebut kepada kita. Bagaimana kawan apakah Anda setuju dengan logika ini?

OK, sekarang marilah kita perluas lagi logika ini. Sudah tidak perlu diperdebatkan lagi bahwa seorang pengusaha pasti kaya. Setuju kan?! Sekarang kita ambil contoh, seorang pengusaha pemilik pabrik besar dengan karyawan sebanyak 100 orang yang masing-masing karyawan dengan gaji Rp. 500.000,- jadi setiap bulannya pengusaha ini mengeluarkan Rp. 50.000.000,- untuk menggaji karyawannya. Karena pengusaha ini telah menanggung rezeki dari ke-100 karyawannya tersebut maka Alloh memberikan rezeki ke-100 karyawan tersebut melalui pengusaha ini dan setiap rezeki seorang karyawannya ini Alloh memberikan fee sebesar 2% (mengacu pada system MLM), maka berapa rupiahkah fee yang diterima oleh pengusaha tersebut. 50.000.000 x 2% = 1.000.000. ini belum termasuk rezeki si pengusaha itu sendiri lho, belum termasuk jatah dia sendiri dari Alloh. Lihat kawan dari kedermawanannya pengusaha itu dalam mempekerjakan karyawannya saja ia dapat dua kali lipat dibanding rezeki yang diterima oleh karyawannya. Bagaimana Kawan, bisa diterima?!

Jadi kesimpulannya, seorang pengusaha sudah pasti lebih kaya dari karyawannya, seorang pemberi sedekah sudah pasti rezekinya lebih banyak dari orang yang selalu menerima sedekah. Semakin banyak kita menanggung rezeki mahluk Alloh sudah barang tentu rezeki kita akan semakin banyak dan besar. Bukankah Alloh telah berfirman,” jika engkau bersyukur atas nikmat-Ku maka akan Aku tambah nikmat itu dan bila engkau ingkar, ingatlah bahwa adzab-Ku sangatlah pedih”. (QS. 14: 7)

Sampai disini dulu, Kawan, semoga kita selalu dalam bimbingan, rahmat dan ridho-Nya. Amin….

Surabaya, 12 Desember 2009

Tedjamaja

4 komentar di “Logika Beramal

    • setuju, tapi juga sebaiknya kita mulai bisa merubah sudut pandang kita, bisnis (jual-beli) yg dipraktekkan dg tulus, dg hati dan sesuai dg kaidah agama akan bernilai sedekah jg karena orang berdagang yg dilandasi dg hal tsb bukan semata-mata mencari untung belaka melainkan juga untuk memudahkan manusia mendapatkan kebutuhannya dan yg lebih penting lagi bisnis yg dilakukan dg sekala besar akan memberi kesempatan orang lain utk mendapatkan pekerjaannya. disitulah sebenarnya maksud tulisan saya biar umat manusia khususnya muslim menjadi ummat yg kuat akidahnya dan kuat ekonominya juga.
      salam sejahtera dan terimakasih atas komentnya.
      senang bisa dikunjungan oleh anda.

Tinggalkan Balasan ke tedjamaja Batalkan balasan